Kaos oblong
Kaos oblong atau disebut juga sebagai T-shirt adalah jenis pakaian yang
menutupi sebagian lengan,
seluruh dada, bahu, dan perut. Kaus oblong
biasanya tidak memiliki kancing, kerah, ataupun saku. Pada umumnya,
kaus oblong berlengan pendek (melewati bahu hingga sepanjang siku) dan berleher
bundar. Bahan yang umum digunakan untuk membuat kaus oblong adalah katun atau poliester
(atau gabungan keduanya).
Mode kaus oblong
meliputi mode untuk wanita dan pria, dan dapat dipakai semua golongan usia, termasuk bayi, remaja, ataupun
orang dewasa.
Kaus oblong pada mulanya digunakan sebagai pakaian
dalam. Sekarang kaus oblong tidak lagi hanya digunakan sebagai pakaian
dalam tetapi juga sebagai pakaian sehari-hari.
Sejarah
T-
Shirt atau kaos oblong pada awalnya digunakan sebagai pakaian dalam tentara
Inggris dan Amerika pada abad 19 sampai awal abad 20. Asal muasal nama
inggrisnya, T-shirt, tidak diketahui secara pasti. Teori yang paling
umum diterima adalah nama T-shirt berasal dari bentuknya yang menyerupai
huruf "T", atau di karenakan pasukan militer sering
menggunakan pakaian jenis ini sebagai "training shirt"
Masyarakat
umum belum mengenal penggunakan kaos atau T-Shirt dalam kehidupan sehari-hari.
Bahkan, para tentara yang menggunakan kaos oblong tanpa desain ini pun hanya
menggunakannya ketika udara panas atau aktivitas-aktivitas yang tidak
menggunakan seragam. Ketika itu warna dan bentuknya (model) itu-itu melulu.
Maksudnya, benda itu berwarna putih, dan belum ada variasi ukuran, kerah dan
lingkar lengan.
Menjadi tren anak muda
Demam
kaos oblong yang melumat seluruh benua Amerika dan Eropa pun terjadi sekita
tahun 1961 itu. Apalagi ketika aktor James Dean
mengenakan kaos oblong dalam film Rebel Without A Cause,
sehingga eksistensi kaos oblong semakin kukuh dalam kehidupan di sana.
Perlahan namun
pasti, T-shirt mulai menjadi bagian dari busana keseharian yang tidak hanya
dipakai untuk pakaian dalam, tetapi juga menjadi pakaian luaran. Pada
pertengahan tahun 50an, T-shirt sudah mulai menjadi bagian bagian dari dunia
fashion. Namun baru pada tahun 60an ketika kaum hippies mulai merajai dunia,
T-shirt benar-benar menjadi state of fashion itu sendiri. Sebagai sebuah simbol
(lagi-lagi) anti kemapanan, para hippies ini menggunakan T-shirt/kaos sebagai
salah satu simbolnya. Semenjak saat itulah revolusi T-shirt terjadi secara
total. Para penggiat bisnis menyadari bahwa T-shirt dapat menjadi medium
promosi yang amat efektif serta efesien. Segala persyaratan sebagai medium
promosi yang baik ada di T-shirt. Murah, mobile, fungsional, dapat dijadikan suvenir,
dan seterusnya.
Disaat
yang bersamaan, kelompok-kelompok tertentu macam hippies, komunitas punk, atau
organisasi politik, juga menyadari bahwa T-shirt dapat menjadi medium
propaganda yang sempurna selain medium yang telah ada. Statement apapun dapat
tercetak diatasnya, tahan lama, dan penyebarannya mampu melewati batas-batas
yang tidak dapat dicapai oleh medium lain, seperti poster misalnya.
Dengan
segala kesempurnaannya, T-shirt tidak lagi menjadi sederhana. Jelas, secara
fungsional benda tersebut masih berlaku sebagai sebuah sandang. Namun dibalik
itu semua, T-shirt memiliki value yang melebihi dari fungsi dasarnya. Desain
T-Shirt yang terus berkembang sampai sekarang selaras dengan perkembangan
manusia dan teknologi yang memang terus berkembang. Sejarah akan terus mencatat
desain berbagai kaos seperti tie dye yang lekat dengan flowers generation,
komunitas punk yang lekat dengan T-Shirt sobek, polos bahkan dengan desain
typohraphy yang mencolok, dan siapa yang tidak kenal dengan kaos I Love New York
yang fenomenal itu.